Rabu, 13 April 2016

Teroembang-ambing

   Sebuah nama dalam sebuah cerita yang sulit untuk diperjuangkan makna dan asal usulnya oleh diri sendiri yang kian lama menyiksa dan menjadi sebuah kutukan dalam diri sendiri. Kutukan yang membawa hembusan angin yang selalu merasuk dalam rongga kesalahan terus menerus menggerogoti tubuh seperti penyakit yang tak mau disembuhkan lagi. 
   Mengenangnya sama dengan membunuhku. berawal dari sebuah kelas yang dua tahun terakhir aku bersamanya sebelum meninggalkan jenjang pendidikan sekolah dasar. dia yang ku kenal saat itu berdagang jajanan buatan ibunya sendiri, kala itu aku sangat sering membelinya hanya untuk menikmatinya bersama teman-temanku. Dua tahun itu berlalu dan perpisahan itu hanya dalam jangka waktu satu hari, aku dibawa oleh para guruku kesebuah situs bersejarah yaitu sebuah candi yang berada dekat dikotaku. Satu hari berlalu dan sudah tidak ada pertemuan lagi secara tatap muka setelah saat itu.
   Dia gadis yang sulit ku tebak, setlah aku berpisah selama 2 tahun saat itu aku menduduki bangku sekolah SMP, dan kembali berhubungan memlalui sebuah ponsel dan friendster sebuah situs medsos pada kala itu. begitu akrabnya aku dan mulai menaruh hati. Mungkin itu terlalu muda dan aku sedikit mengacaukan pemikiranku untuk tidak mencintai seorang wanita pada masa usia yang masih belia seperti itu. komunikasi itu masih erlanjut sampai aku kejenjang SMA dan semakin aku menaruh hati dan aku mulai memberanikan diri untuk mengatakan kalau aku menyukainya sejak dibangku sekolah dasar. Semakin melekatlah nama itu dan aku tak bisa memaksanya untuk bersamaku karena kami berdua berbeda kota sejak perpisahan sekolah dasar itu. aku dijambi dan dia di baturaja, jarak yang cukup membentang jauh.
   Namun sebuah kabar yang ku dapat dari media sosial membuatku terombang-ambing dalam jiwanya yang kian menyatu kedalam darahku, dia memiliki kekasih dan itulah yang membuatku frustasi dan menjadi seorang yang tak menyayangi diri sendiri lagi. dimulai dari sebuah miras dan sebagaimana macamnya tanpa ksadari kukonsumsi dengan tujuan hanya untuk melampiaskan rasa yang sulit ku cerna ini, dan aku memaksakan diriku untuk melupakannya agar tak lagi kurasakan dihempaskan kedalam lautan karang itu. rusuk ku hilang dalam sekejab sampai aku tak lagi mengenal diriku sendiri dan siapa dia yang ku kenal itu.
   Tapi aku hanyalah makhluk yang tak bermateri ketika aku harus mempikannya tetap bersamaku, Tuhan takan mungkin mempertemukan kami dalam sebuah ikatan kembali dan sebuah kebersamaan lagi. dia memilih untuk org lain dan aku tak bisa memilih untuk orang lain saat ini sampai aku tidak memimpikannya lagi dalam tidur malam ku yang selalu ada bayangan wajahnya yang menembus dogma.

Bersambung, jilid. 1
Teroembang-ambing
M2/s